Kasus menggemparkan terjadi di Kampung Jengan Danum, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, setelah bocah berinisial AS (9) ditemukan tewas di perkebunan karet pada Selasa, 13 Agustus 2024. Bocah malang tersebut sempat dilaporkan hilang sejak 1 Agustus 2024 dan baru ditemukan setelah 13 hari dalam keadaan mengenaskan.
Jasad AS ditemukan oleh seorang penyadap karet yang awalnya hanya menemukan celana dan sandal di area perkebunan. Penemuan benda-benda tersebut memicu pencarian yang dilakukan oleh pihak keluarga. Ibu korban yang turut serta dalam pencarian menemukan jasad AS sekitar 40 meter dari lokasi awal penemuan, dalam keadaan telungkup di daerah rawa. Penemuan ini kemudian dilaporkan ke polisi, yang segera mengevakuasi jasad bersama petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Paman korban, Jeri, mengungkapkan ketidaknyamanan yang dirasakan keluarga saat menemukan jenazah tersebut. “Ibu AS langsung histeris setelah melihat anaknya dalam keadaan telungkup. Bau yang menyengat sangat kuat saat itu,” ujarnya, seperti dikutip dari Tribun Kaltim. Jeri juga menyatakan keanehan lain, yakni bagian kaki kiri dan rambut korban hampir tidak ada, padahal AS dikenal memiliki rambut panjang.
Kepolisian Resor (Polres) Kutai Barat telah melakukan pemeriksaan terhadap orangtua korban, Salfianus Mulyono dan istrinya, pada Jumat, 16 Agustus 2024. Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) AKP Asriadi mengonfirmasi, "Keduanya masih menjalani pemeriksaan sebagai saksi. Pemeriksaan ini penting sebagai dasar penyelidikan lebih lanjut."
Pemeriksaan ini tidak hanya untuk menelusuri siapa yang terakhir kali melihat korban, tetapi juga untuk mengumpulkan bukti yang dapat mengarah pada penyebab kematian AS. Asriadi menambahkan, “Kami terus bekerja keras untuk menuntaskan kasus ini dan menemukan penyebab kematian korban.”
Penyebab kematian AS masih misterius. Meski polisi telah merekomendasikan otopsi untuk mengungkap penyebab kematian secara medis, keluarga menolak dengan alasan ingin segera menguburkan jenazah dan tidak ingin menyakiti almarhum lebih lanjut. "Keluarga menolak otopsi karena alasan kemanusiaan, serta agar jenazah dapat segera dikuburkan," jelas Kasat Reskrim.
AS terakhir kali terlihat oleh ayahnya pada 1 Agustus 2024, sebelum berangkat dari rumah sekitar pukul 07.30 Wita. Salfianus Mulyono mengungkapkan bahwa putrinya meninggalkan rumah untuk pergi ke sekolah, dan setelah itu tidak kembali lagi. “Saya sempat melihatnya di kantin sekolah. Setelah itu, tidak ada kabar lagi,” jelas Salfianus.
Penemuan ini mengundang kepedihan mendalam dari warga sekitar dan memicu berbagai spekulasi tentang penyebab kematian AS. Polisi berkomitmen untuk mengungkap fakta-fakta di balik kematian tragis ini, agar keadilan bagi korban dapat terwujud dan keluarga mendapatkan kepastian.
0 Comments:
Posting Komentar